Wajah Keledai


                 Dikisahkan oleh Fudhail bin ‘Iyadh dari Sufyan ats-Tsauri:

Ketika aku menunaikan ibadah haji, aku melihat seorang yang senantiasa membaca shalawat, baik ketika berada di Masjidil Haram, ketika thawaf mengelilingi Ka’bah, ketika berada di ‘Arafah maupun ketika berada di Mina.

Maka aku mencoba bertanya kepadanya: “Saudara, setiap tempat dalam manasik haji ini masing-masing ada bacaan doanya tersendiri. Terus terang saya merasa heran, mengapa engkau tidak memperbanyak doa-doa khusus itu dan tidak pula memperbanyak shalat sunat? Kulihat kau hanya menyibukan diri dengan memperbanyak bacaan shalawat”. Dia menjawab: “Tuan, saya punya kisah tersendiri!” Kataku (Sufyan ats-Tsauri): “Cobalah engkau ceritakan kisah itu!”

Dia pun berkisah:
Aku berangkat menunaikan ibadah haji ini bersama-sama dengan ayahku dari Khurasan. Sesampainya di Kufah, ayahku mendadak sakit dan ajal pun menjemputnya. Lalu wajah beliau kututup dengan sehelai kain. Betapa terkejutnya diriku, karena saat kain itu tersingkap, ternyata wajah ayahku telah berubah menjadi wajah keledai. Aku kebingungan dan sedih melihatnya! Aku malu untuk memberitahukan kepada orang lain, karena ayahku berubah amat memalukan.

Ketikan rasa bingungku telah memuncak, tiba-tiba aku merasa mengantuk hingga tertidur. Dalam tidur itu seolah aku didatangi oleh seseorang yang Nampak segar bugar dan tampan rupawan. Orang itu memakai tutup wajah, dan ketika tutup wajahnya dibuka dia menegurku: “Saudara, mengapa engkau bersusah hati?” Kataku: “Bagaimana aku tidak susah menghadapi ujian ini?” Maka dia menghampiri mayat ayahku dan dengan lembut mengusap wajahnya. Kemudian akupun mendekatinya dan membuka kain di wajahnya, ternyata wajah ayahku tidak hanya kembali seperti semula, tetapi telah berubah menjadi cemerlang berbinar rekah laksana bulan purnama.

Di tengah kebahagiaan yang tak terlukiskan itu, aku mencoba bertanya kepada lelaki tersebut: “Tuan, siapakah sebenarnya tuan ini?” Jawabnya: “Aku adalah manusia terpilih (Muhammad)”. Maka aku pegangi ujung kain beliau sembari bertanya: “Demi Hak Allah Ta’ala, kumohon baginda berkenan menceritakan hal ihwal ayahku ini!”

Kemudian beliau menjelaskan:
Ketahuilah bahwa ayahmu ini termasuk pemakan riba. Dan diantara kpeutusan Allah adalah bahwa setiap pemakan riba, di akhirat kelak wajahnya akan berubah menjadi wajah keledai. Bahkan sejak di dunia pun telah dirubah menjadi berwajah keledai seperti ayahmu ini. Namun Allah Ta’ala telah mengijinkan diriku untuk memberikan syafaat ekpada ayahmu dan wajahnya menjadi pulih seperti semula. Hal ini karena setiap menjelang tidur dia selalu membaca shalawat untukku seratus kali. Ketika hal ini diketahui oleh para malaikat, maka mereka memberitahukannya kepada ku. Lalu aku memohon kepada Allah agar Dia berkenan memberikan izin kepadaku untukku memberikan syafaat kepada ayahmu, berkat ketekunannya membaca shalawat.

Kesaksian Seekor Unta


Pada zaman Nabi saw ada seorang Yahudi yang mencuri seekor unta milik seorang muslim. Kemudian ia menghadirkan empat orang saksi palsu dalam persidangan.


Sebagai pimpinan sidang, Rasulullah saw membenarkan orang Yahudi tersebut karena ia bias menghadirkan empat orang saksi. Sedangkan orang muslim tadi dijatuhi hukuman berupa potong tangan, karena dalam siding itu terbukti dialah pencurinya.

Mendengar keputusan ini muslim tersebut terperanjat gusar. Lalu dia mengadahkan wajahnya ke langit seraya berucap: “Ya Allah Sembahanku dan Majikanku! Engkau Maha Mengetahui bahwa hamba bukanlah pencuri unta ini!” Kemudian ia mengajukan usuk kepada Nabi saw seraya berkata: “Ya Rasulullah, sungguh keputusan itu benar. Tapi sudilah baginda meminta keterangan dari unta ini!”

Nabi saw  :  Hai unta, katakanlah, milik siapa sebenarnya kamu ini?

Unta      : Ya Rasulullah, ketahuilah bahwa aku ini adalah milik orang muslim itu! Sedangkan keempat orang saksi itu adalah saksi palsu yang mendustakan kebenaran!

Nabi saw : Saudaraku, beritahukanlah kepadaku, apa yang kau perbuat sehingga Allah SWT berkenan menjadikan unta ini bias berbicara dengan jelas dan fasih!

Muslim     :  Ya Rasulullah, saya tidak pernah beranjak dari tempat tidur sebelum terlebih dahulu membaca shalawat untukmu sebanyak sepuluh kali!

Nabi saw  :  Saudaraku, saat ini kau selamat dari hukuman potong tangan. Dan di akhirat kelak, niscaya kau akan selamat dari siksa neraka. Itu semua berkat bacaan shalawat yang kau persembahkan untukku!

Simpanan Akhirat


Dikisahkan oleh Ka’ab ra:

Pada hari kiamat Nabi Adam as melihat salah seorang pengikut Muhammad saw yang terselip ikut dihalau ke neraka. Nampaknya orang itu memiliki simpanan amal tersendiri yang belum diketahui oleh malaikat, sehingga Nabi Adam as mengingatkan Rasulullah saw seraya memanggilnya: “Hai Muhammad!”

Nabi saw  :  Ada apa ya Abal Basyr (Bapak dari umat manusia)?

Adam as   :  Ketahuilah wahai Muhammad, salah seorang dari umatmu ada yang ikut digiring ke neraka!.

Nabi saw segera lari menghampiri orang tersebut dan menyeru kepada malaikat yang menggiringnya: “Hai para malaikat Tuhanku, berhenti sebentar!” Sahut para malaikat: “ Ya Muhammad, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah SWT berfirman: “Para malaikat tidak akan mendurhakai apa-apa yang diperintahkan Allah kepada mereka dan senantiasa menaati segala yang diperintahkan?” (QS. At-Tahrim: 6).

Tiba-tiba para malaikat mendengar seruan; “Wahai para malaikat, taatilah perintah Muhammad!” Maka Nabi saw bersabda: “wahai para malaikat Tuhanku, kembalikanlah orang ini ke tempat penimbangan amal!”

Para malaikat mentaati perintah Nabi saw dan membawa orang tersebut ke tempat penimbangan amal. Setelah ditimbang, ternyata memang amal buruknya lebih berat daripada amal baik yang ia lakukan. Lalu Nabi saw mengeluarkan sebuah simpanan amal baik dalam bentuk bacaan shalawat, yang senantiasa dibaca orang tersebut semasa hidup di dunia. Simpanan itu diletakkan pada sisi timbangan amal baik, sehingga menjadikan timbangan amal baiknya lebih berat daripada amal buruknya.

Melihat hal itu, maka orang itu Nampak riang  gembira dan bertanya: “Demi ayah dan ibuku, siapakah sebenarnya tuan ini?” Jawab Nabi saw: “Aku adalah Muhammad!” Orang itu lalu bersujud mencium kaki beliau seraya berkata: “Ya Rasulullah, apakah gerangan yang tadi tuan letakkan pada penimbangan amal?” Sabda Nabi saw: “Itu adalah simpanan amal baik berupa bacaan shalawat yang kau baca sewaktu masih hidup di dunia!”

Mendengar pernyataan itu, ada salah seorang yang menyerukan penyesalannya seraya berkata: “Aduhai, betapa celaka diriku! Mengapa dulu aku lengah tidak melakukan amal baik sebagai simpanan di sisi Allah?”

Pelayan dan Shalawat

Dikisahkan oleh Abdullah:

Kami memiliki seorang teman yang menjadi pelayan raja, namun ia memiliki perangai yang kurang terpuji.

Pada suatu malam aku bertemu dalam mimpi, pelayan tersebut bergandengan tangan dengan Nabi saw. Maka saya mencoba bertanya kepada beliau: “Ya Nabiyallah, sepanjang yang saya tahu temanku itu memiliki perangai yang kurang terpuji. Tetapi mengapa ia bisa bergandengan tangan denganmu?”

Nabi saw  :  Begini, orang ini telah mendapat ampunan. Dan aku sendiri telah diizinkan oleh Allah untuk memberikan syafa’at kepadanya!

Abdullah  :  Ya Nabiyallah, apakah yang menyebabkannya memperoleh derajat sedemikian tinggi?

Nabi saw  :  Derajat ini ia peroleh dengan cara memperbanyak bacaan shalawat untukku. Ketahuilah, bahwa dia senantiasa membaca shalawat seribu kali setiap beranjak tidur di malam hari!.

Bershalawat Untuk Sang Putri

Dikisahkan bahwa ada seorang ibu yang berguru kepada Syaih Hasan al-Bashri.

Pada suatu hari wanita itu menghadap kepada gurunya seraya berkata : “Guru, putriku telah lama meninggal dunia. Aku ingin sekali menemui dia lewat mimpi. Maka perkenankanlah guru mengajarkan aku suatu amalan, agar aku bias menemuinya!” Lalu Syaih Hasan al-Bashri mengajarkan kepadanya, agar dia membaca shalawat Nabi dan pahalanya ditujukan untuk arwah putrinya.

Setelah beberapa hari ibu tersebut mempraktikan wejangan sang guru, pada suatu malam dia bermimpi bertemu dengan putrinya. Dilihatnya, sang putrid mengenakan baju yang terbuat dari api. Lehernya terbelenggu dan kedua kakinya terikat oleh tali membara. Ketika bangun tidur dia begitu sedih dan langsung pergi menghadap Syaih Hasan al-Bashri. Maka sang guru beserta murid-murid beliau yang ikut mendengarkan cerita tersebut semuanya menangis penuh iba.

Beberapa waktu kemudian, Syaih Hasan al-Bashri bermimpi melihat putrid dari ibu tersebut. Keadaanya telah berubah total. Putrid itu berada di surge. Dia terlihat sedang duduk santai di atas pelaminan emas dan kepalanya mengenakan mahkota putih bercahaya. Cahaya itu menerangi sekelilingnya dari ujung barat hingga ke timur. Tiba-tiba putrid itu menegurnya seraya berkata: “Wahai guru, tahukah engkau tahu siapa aku ini?”

Syaih  :  Tidak

Putri   :  Aku adalah putri dari seorang ibu yang telah guru ajari membaca shalawat.

Syaih  :  Mengapa kedudukanmu sekarang demikian terhormat?”

Putri  :  Wahai guru, suatu ketika ada seorang laki-laki lewat di pemakamanku seraya membacakan shalawat satu kali. Dan pahalanya ditujukan kepada kami semua ahli kubur. Di antara kami terdapat 550 orang yang terus menerus menderita siksa kubur. Tiba-tiba terdengar suara: “Hai malaikat-Ku, bebaskanlah mereka semua dari siksa kalian. Karena mereka mendapatkan limpahan rahmat atas becaaan shalawat tersebut”.

Zahid Enggan Bershalawat

Dikisahkan bahwa ada seorang Zahid (orang yang menjauhi kenikmatan duniawi), tetapi dia enggan membaca shalawat kecuali pada waktu shalat.

Pada suatu saat Zahid bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Dia berusaha menghampiri beliau, namun beliau enggan memperlihatkan wajahnya. Zahid pun bertanya: “Ya Rasulullah, apakah engkau marah kepadaku?”

Rasul :  Tidak

Zahid :  Tidakkah Rasul mengenalku? Aku adalah umatmu bernama Fulan az-Zahid.

Rasul :  Aku tidak mengenalmu

Zahid :  Ya Rasulullah, aku mendengar dari para ulama bahwa Nabi saw mengenali semua umatnya sebagaimana kedua orang tua mengenali anak-anaknya!

Rasul :  Para ulama itu benar, bahkan aku lebih mengenali umatku daripada kedua orang tua mengenali anak-anaknya. Adapun sejauh mana aku mengenali umat-umatku, adalah sesuai dengan banyak sedikitnya dia membaca shalwat untukku.

Ketika Sri Sultan HB IX Terkena Tilang di Pekalongan

Kala itu Kota Batik Pekalongan di era pertengahan tahun 1960an, tepatnya di persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.


Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.


“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.


Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.


“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan., entah tujuannya kemana.


Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan menolak.

“ Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.


“ Jadi…?” Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .


“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.

“Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.


Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.


Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.


Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.


Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.


“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.


“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.



“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.


“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.


Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.


Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.


Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.


Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.


“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .


“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.


“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.

“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.


“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.


Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.


Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .


“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

Di zaman seperti ini, dimana banyak pejabat yang bertindak sewenang-wenang, menyalahgunakan kewenangannya, kita sangat membutuhkan seorang aparatur negara yang memiliki kepribadian seperti Brigadir Royadin. Semoga kisah itu mengetuk hati kita untuk menjadi warga negara yang patuh pada aturan-aturan, warga negara yang cinta kepada tanah air.

Pendidikan Seks Pada Remaja

BAB 1
PENDAHULUAN
      A.    LATAR BELAKANG
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian Seksual
2.      Perilaku Seksual Remaja
3.      Tujuan Pendidikan Seksual pada Remaja
4.      Karakteristik Seksual Remaja
5.      Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seksual

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKSUAL
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.
Drs. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama
Secara umum, dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja dan dilakukan dengan sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian anak dala ranga mempersiapkan mereka menjadi anggota di masyarakatnya dengan kepribadian yang matang.
Sedangkan istilah seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Menurut J.S. Tukan seksual itu terdiri dari aspek metal, fisik, emosional dan psikologis dalam bentuk badaniah, dalam artian bahwa apa saja yang dilakukan sepanjang hari memiliki corak seks karena seks merupakan keseluruhan dari kepribadian pria ataupun wanita shingga seks tidak hanya berarti organ-organ genital.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)
Pengertian seksual di sini ditanggapi dalam arti yang seluas-luasnya dan umum sifatnya. Pengertian tidak terbatas pada masalah reproduksi, regenerasi, perkembangan jenis dalam pengertian biologis dan eksistansi spesiesnya, dan dikatakan umum karena menyangkut banyak hal mengenai proses dan perilakunya dalam pergaulan.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan seks adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa yang dapat menjalanan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksnya erta bertanggungjawab baikdari segi inividu, sosial maupun agama.

B.     PERILAKU SEKSUAL REMAJA
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
     Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.

C.     TUJUAN PENDIDIKAN SEKSUAL PADA REMAJA
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab)
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
7.  Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.

D.    MATERI PENDIDIKAN SEKS
Materi secara umum berarti isi dari sesuatu atau bahan. Adapun yang dimaksud dengan materi pendidikan seks adalah bahan yang harus disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang dalam usaha membimbing dan mengarahkan perkembangan seksualnya agar ia terbebas dari manipulasi di bidang seks dan dapat bertanggungjawab terhadap seksualitasnya.
Materi pendidikan seks yang diberikan kepada anak meliputi:
1.      Etika seksual baik ditinjau dari segia agama maupun social.
2.      Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi alat kelamin serta proses reproduksi pada manusia.
3.      Penanaman kesadaran peran sosial anak laki-laki dan perempuan.
4.      Perkembangan manusia proses reproduki dan kontrasepsi.
5.      Perilaku seksual yang sehat dan yang menyimpang.

E.     METODE PENDIDIKAN SEKS
Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Ada beberapa metode yang dapat dipakai dalam pelaksanaan pendidikan seks, antara lain:
1.      Metode tanya jawab dan dialog
Metode ini dapat digunakan untuk mengarahkan proses berpikir anak, mengevaluasi seberapa jauh pengetahuan anak mengenai seksualitas, dan mengukur seberapa jauh pengertian anak terhadap masalah tersebut.
2.      Metode keteladanan
Memberikan keteladanan merupakan cara yang efektif, sebab dalam metode terebut memberikan gambaran dan isyarat yang jelas terhadap anak mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dicontoh.
3.      Metode pengawasan dari hal-hal yang dapat merusak perkembangan seksual anak
Contoh penerapan metode ini adalah dengan mendampingi ana saat menyaksikan acara-acara media elektronik dan menjauhkan anak dari ontonan seks dan sadisme.
4.      Penanaman sikap disiplin terhadap norma-norma agama dan sosial
5.      Menanamkan sifat-sifat maskulin dan feminine melalui permainan
Hal ini bertujuan agar anak tumbuh menjadi laki-laki dan perempuan sejati dan bangga dengan jenis seksualnya serat dapat menghormati jenis seksual lainnya.
  
F.     PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN SEKS
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP

Pendidikan seks adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa yang dapat menjalanan kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksnya serta bertanggungjawab baik dari segi inividu, sosial maupun agama.
Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.
Salah satu pihak yang berperan penting dalam pendidikan seks adalah orang tua. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang intim dan akrab antara si anak dan orang tua. Masalah seks merupakan masalah yang bersifat pribadi yang tentunya akan jauh lebih baik ketika hal ini disapaikan oleh orang yang memiliki hubungan sangat dekat dengan si anak.
  
DAFTAR PUSTAKA

Suraji dan Sofia Rahmawatie. 2008. Pendidikan Seks bagi Anak: Panduan Keuarga Muslim. Pustaka Fahima: Yogyakarta.
Surviani, Istanti. 2004. Membimbing Anak Memahami Masalah Seks; Panduan Praktis untuk Orang Tua.Pustaka Ulumuddin: Bandung.
Athar, Shahid. 2004. Bimbingan Seks bagi Kaum Muda. Pustaka Zahra: Jakarta

Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi

Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut.
Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah yang amat bijaksana.

Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masaitu.

Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.

Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapatbelajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.

Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta.

Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).
Dipetik dari: Untaian Mutiara – Terjemahan Simtud Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi.