Mengungkap Fakta dan Mitos Seputar Bir


Bir adalah salah satu minuman yang paling populer. Ribuan atau bahkan jutaan orang di dunia pernah meminumnya, dan bahkan beberapa orang yakin bahwa apa yang mereka lakukan benar. Banyak orang yang percaya bahwa bir memiliki banyak kandungan mineral dan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh dan dapat mempromosikan hidup menjadi lebih sehat. 

Lantas, apa benar bir bisa dijadikan obat untuk meningkatkan kesehatan? Mari kita intip mitos dan fakta tentang bir dibawah ini agar tidak ada lagi pandangan yang keliru tentang minuman yang sebenarnya dapat merusak tubuh ini :

1.  Mitos : Bir adalah minuman alami yang bermanfaat. Beberapa orang yakin bahwa bir adalah minuman yang sangat berguna dan harus menjadi bagian dalam diet harian mereka. Beberpa orang beranggapan bahwa bir memiliki kandungan konsentrasi alkohol dalam jumlah kecil dan jika dikonsumsi dalam dosis wajar, mungkin dapat bermanfaat bagi kesehatan.

Fakta : Secara real, bir harus dianggap lebih berbahaya daripada anggur (wine) atau vodka, karena mengandung banyak komposit berbahaya yang diproses dari hasil fermentasi. Komposit ini beracun (biasanya fermentasi limbah) meliputi aldehida, minyak Fusel, metanol, eter dan sebagainya. Selain itu, kandungan alkohol dalam bir tidak selalu rendah dan kadang-kadang ada yang mencapai 14 persen. 

2. Mitos: Bir tidak memiliki efek seperti alkohol yang bisa membuat orang kecanduan. 

Fakta : Pecandu bir akan mengalami gangguan psikologis yang berat dan sering disertai dengan anosognosia atau membuat orang lepas kontrol dan sulit untuk menyingkirkan kebiasaan buruk tersebut. Tidak diperlukan waktu yang lama untuk seseorang jatuh pada ketergantungan secara psikologis akibat konsumsi bir. Jadi sebaiknya berhati-hati untuk mencoba minum ini. 

3. Mitos : Bir bermanfaat untuk membantu orang beralih dari minum-minuman alkohol berat seperti vodka, wine dan wiski.

Fakta : Banyak orang telah tertipu dan menganggap bahwa konsumsi bir lebih baik ketimbang vodka atau wiski. Padahal, bir dan vodka sama-sama memiliki efek berbahaya. 

4. Mitos : Bir berguna untuk otak kita. Bir mengandung silika, yang dapat mencegah atrofi otak, kesulitan berbicara dan masalah lainnya.

Fakta : Sebenarnya, alkohol menghancurkan sel-sel otak kita dan proses ini berlangsung sangat cepat pada remaja dan pemuda. Konsumsi bir biasa mempengaruhi kecerdasan manusia dan kemampuan belajar. 

5. Mitos : Bir baik untuk jantung dan pembuluh darah

Fakta : Bir menyebabkan perubahan sangat berbahaya dalam bentuk fisik dan kerja jantung manusia dan seluruh sistem kardiovaskular. Bir mengandung sejumlah besar karbondioksida yang cepat masuk ke dalam darah dan menyebabkan masalah pembuluh darah, seperti varises.

6. Mitos : Bir memiliki rasa yang menyenangkan dan berguna untuk pencernaan kita.

Fakta : Studi menunjukkan bahwa minum bir terlalu banyak meningkatkan risiko seseorang menderita kanker usus besar. Selain itu, bir mengandung unsur seperti kobalt, yang dikenal karena sifatnya memicu peradangan di kerongkongan dan perut.

7. Mitos : Bir berguna karena memiliki banyak vitamin. Beberapa pecinta bir yakin bahwa dengan minum 1 liter bir sehari dapat memenuhi porsi harian dari semua unsur yang dibutuhkan dan vitamin.

Fakta : Sebenarnya, bir hampir tidak ada vitamin sama sekali. Selama proses pembuatan, semua vitamin yang awalnya ada akan hilang. Alhasil, 1 liter bir berisi hanya 0,005-0,15 mg tiamin dan riboflavin 0,3-1,3 mg.

8. Mitos : Bir dapat meningkatkan fungsi seksual

Fakta : Alkohol selalu buruk bagi fungsi seksual, baik pada pria dan wanita. Alkohol menghambat produksi androgen dalam tubuh, yang secara substansial dapat menurunkan gairah seks. Selain itu, bir juga berisi beberapa zat beracun, termasuk komposit logam berat, yang dapat menyebabkan perubahan berbahaya dalam sistem endokrin.

9. Mitos : Bir berguna untuk sistem saraf kita karena memiliki efek menenangkan dan membantu untuk menghilangkan stres

Fakta : Bir mempengaruhi sistem saraf karena mengandung unsur psikoaktif tertentu, yang membuat bir bertindak sebagai minuman memabukkan berbahaya. Selain itu, bir memiliki sifat seperti obat penenang, yang mempengaruhi memori dan kerja sensorimotor.

10. Mitos : Bir ini baik untuk ginjal karena sifat diuretiknya

Fakta : Bir mencuci keluar protein, lemak, karbohidrat dan unsur-unsur penting yang baik untuk tubuh kita terutama potasium, magnesium dan vitamin C. Kekurangan kalium dapat menyebabkan tubuh mengalami perubahan irama jantung, kulit kering, nyeri di kaki. Sedangkan kekurangan magnesium memicu gangguan tidur, mudah marah dan gugup. Kekurangan vitamin C dalam tubuh juga menyebabkan masalah kekebalan, penurunan konsentrasi dan ketidakseimbangan mental.



Kesadaran Multikultural Dalam Meredakan Konflik Sosial


KESADARAN MULTIKULTURAL : SEBUAH GERAKAN  “INTERSET MINIMALIZATION” DALAM  MEREDAKAN KONFLIK SOSIAL

Oleh : Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah
(Mantan rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakrta)

Ilustrasi Multikultural
Sementara ini masih banyak kalangan yang terdera kesulitan untuk melakukan distingsi antara agama (religion / al-diin)  sebagai sumber berupa wahyu ilahi, dengan pemikiran agama (religion thinking / al-fikr al-diin) yang notebene merupakan hasil olah logika manusia terhadap agama. Kesulitan itu muncul tatkala seseorang atau kelompok harus membedakan posisi agama (dengan segenap doktrinnya) dengan pemikiran agama. Berlandaskan kaidah, agama sebagai way of laife yg wajib diikuti serta diyakini kebenarannya oleh pemeluk agama secara absolute, di sisi lain religion thinking  sebagai hasil pemahaman manusia memiliki kebenaran nisbi (dhanny) yang terus mengalami dinamika, maka harus bias dibedakan mana yg mesti diimani dan dipertahankan mati-matian (dalam terma fiqh dan ushul fiqh disebut al-tsawabit), kapanpun dan dimanapun, dengan manayang perlu pertimbangan ulang untuk dipraktikan pada ruang waktu tertentu (dalam terma fiqih dan ushul fiqih disebut sebagai al-mutaghayyirat). Posisi keduanya terkadang masih jumbuh dan tidak jelas karena berbaur lebur. Padahal posisi ini penting karena sangat rentan dan berdampak fatal jika tidak dilakukan secara tepat. “Doktrin jihad” yang secara gambling tersurat dalam Al-Qur’an misalnya, apabila salah dipahami akan menjadi sangat kontra produktif bahkan fatal. Peristiwa 12 Oktober 2002 barangkali bias menjadi salah satu contoh riil.

Hari itu dunia dihentakan oleh peledakan bom berkekuatan besar di Bali, tepatnya di sebuah kafe di jalan legian. Ledakan dahsyat yang menimbulkan korban jiwa lebih dari dua ratus manusia, sebagian besar adalah warga asing. Pihak kepolisian segera bertindak, dibantu tim ahli dari Interpol dan beberapa Negara, polisi bergegas melacak jejak pelaku pengeboman tersebut. Pengusutan kemudian berujung dengan ditangkapnya beberapa orang. Satu demi satu jaringan komplotan pun tertangkap, dan secara terus terang mereka mengakui sebagai actor peledakan di Jalan Legian itu. Bagi bangsa Indonesia, tragedy kemanusiaan (human tragedy) itu menimbulkan implikasi yang luar biasa. Kurs rupiah anjlok, warga Indonesia di luar negeri kerap terkena razia, nama-nama warga Negara manapun yang menggunakan bahasa Arab dicurigai, serta yang tak kurang memerihkan hati bangsa adalah pelabelan Indonesia sebagai Negara sarang teroris. Citra Indonesia di mata internasional kian terpuruk. Imajinasi yang tercipta di Negara-negara luar, Indonesia adalah Negara rawan dan taka man. Namun yang kemudian cukup menyentak benak banyak pengamat dan praktisi social keagamaan adalah pengakuan para pelaku (yg ternyata pemeluk Islam) bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah bagian dari “jihad”, berperang dengan “kaum kafir” demi membela agama dan tegaknya panji-panji Tuhan di muka bumi, dan untuk semua itu para pelaku percaya betul telah dijanjikan Surga bagi mereka.

Lantas pertanyaan yang menyeruak, benarkah hal tersebut? Bukankah setiap agama menjunjung tinggi perdamaian dan mengklaim sebagai rahmat bagi semesta? Bukankah setiap agama mengajarkan dan menuntun pada persaudaraan antar sesama? Tentu saja jawabnya tidak. Secara normative, tidak satupun agama yang mendorong penganutnya untuk melakukan kekerasan terhadap penganut agama lain. Namun secara historis-faktual, banyak sekali dijumpai tindak kekerasan yang dilakukan oleh manusia dengan justifikasi agama. Beranjak dari itu, menggagas pemahaman keagamaan yang lebih inklusif, pluralis, dan toleran memang menjadi sebuah keniscayaan, dengan harapan kasus-kasus layaknya konflik social yang menjurus anarkisme atas nama agama dan kepentingan lain yang menyelinap di baliknya, tidak terulang di kemudian hari. Pada titik inilah urgensi wacana pendidikan multicultural. Sebuah wacana yang pada akhirnya bermuara pada  negative interest minimalization, minimalisasi efek negative dari perbuatan kepentingan sehingga tidak menerabas sekat batas hak asasi manusia (HAM).

Hilangnya Pancasila Dari Sendi-Sendi Kehidupan Bangsa


Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Mencermati kehidupan berbangsa  di Indonesia saat ini, semakin jauh dari tuntunan Pancasila baik di kalangan pejabat maupun rakyat. Berbagai fakta telah terjadi sebagai tanda semakin hilangnya Pancasila di sendi-sendi kehidupan berbangsa.

Para pejabat negara yang seharusnya lebih memberikan teladan dalam mengamalkan Pancasil, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pelanggaran nilai – nilai Pancasila kerap terjadi di kalangan pejabat negara. Korupsi adalah salah satu cerminan pelanggaran nilai – nilai Pancasila yang dilakukan para oknum pejabat. Begitu banyak kasus korupsi yang terjadi di negeri ini, mulai dari kasus – kasus besar seperti kasus Bank Century yang merugikan uang Negara triliunan rupiah, kasus Gayus Tambunan yang melahap uang pajak dari rakyat, kasus Nazarudin, kasus BLBI, kasus Nunun Nurbaeti dan begitu banyak kasus korupsi lainnya. Padahal jika kita lihat sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, seharusnya pejabat Negara lebih mengedepankan kepentingan rakyat untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tapi betapa bejadnya para pejabat kita yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongan, memperkaya diri sendiri, tak peduli jutaan rakyat Indonesia yang masih kelaparan. Cerminan lain hilangnya Pancasila di sendi kehidupan para pejabat kita adalah kesewenang-wenangan dan ketidakadilan. Kasus terbaru yang mengiris hati kita yang di alami seorang anak berusia 15 tahun di Palu yang mencuri sandal berharga 35.000 milik seorang anggota polisi. Anak tersebut dimejahijaukan dan dinyatakan bersalah serta diancam hukuman 5 tahun. Coba bayangkan, mencuri sandal diancam hukuman 5 tahun tapi para koruptor yang mencuri uang rakyat miliaran rupiah hanya dijatuhi hukuman beberapa bulan saja, dan tidak hanya itu, para koruptor masih dapat menikmati kemewahan di dalam penjara. Keadilan di negeri ini hanya tajam ke bawah tapi masih tumpul ke atas. Pengadilan begitu tegasnya jika menghadapi rakyat kecil namun jika berhadapan dengan para pejabat, orang besar, keadilan begitu mudahnya dipermainkan. Kasus terakhir yang sangat menyedihkan adalah kasus bentrok di Bima. Masyarakat Bima memprotes adanya tambang di daerah mereka yang dirasa mengancam lingkungan, polisi mengerahkan anggotanya untuk membubarkan warga, begitu beringasnya polisi membubarkan warga dengan senjata yang berujung tewasnya 2 orang dan melukai puluhan orang. Polisi yang seharusnya melindungi masyarakat namun yang terjadi malah polisi seakan menganggap masyarakat musuh negeri yang harus dilenyapkan.

Hilangnya nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa juga terjadi dalam kehidupan rakyat biasa. Semakin maraknya bentrokan antar warga, antar suku yang seringkali hanya dilatarbelakangi masalah kecil. Kekerasan atas nama agama semakin marak terjadi di negeri ini, kerukunan antar umat beragama yang terkandung dalam Pancasila sudah tidak lagi diamalkan bangsa ini. Belum lagi moral pelajar negeri ini yang seringkali tawuran. Aspirasi mahasiswa dalam demo juga sering diwujudkan dengan tindakan kekerasan, seperti membakar ban di tengah jalan, memblokade jalan, menghadang bahkan membakar kendaraan yang lewat. Seakan sudah hilang citra masyarakat Indonesia yang terkenal ramah tamah.

Persatuan Indonesia, itulah bunyi Pancasila sila ketiga. Hendaknyalah kondisi bangsa yang begitu plural, baik itu agama, ras, suku, adat-istiadat, budaya dan bahasa bukan menjadi alasan untuk berpecah belah, untuk saling bermusuhan dan saling menyerang melainkan sebagai perekat untuk semakin bersatu memajukan bangsa Indonesia.

Terkurung Dalam Gua


Dikisahkan dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khathab ra, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

Pada zaman dahulu ada tiga orang musafir yang sedang menempuh perjalanan jauh, dan kebetulan sekali mereka mendapatkan sebuah gua yang bias dimanfaatkan sebagai tempat untuk berteduh sehingga ketiganya pun masuk ke dalam gua.

Setelah mereka berada di dalam gua, tiba-tiba ada sebongkar batu besar yang menggelinding dari atas bukit dan tepat menutupi pintu gua, sehingga mereka terkurung tak dapat keluar. Salah seorang di antara mereka berkata: “Sesungguhnya tak ada yang dapat menyelamatkan kita dari bencana ini, kecuali kita berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan amal-amal saleh yang pernah kita perbuat!”

Kemudian salah seorang di antara mereka berkata:

Ya Allah, hamba memiliki ayah dan ibu yang telah lanjut usia. Hamba senantiasa mendahulukan member minuman susu kepada keduanya sebeblum memberikannya kepada keluarga dan budak. Pada suatu hari, hamba pulang terlambat dari mencari kayu, sehingga hamba dapatkan kedua orang tuaku telah terlelap tidur. Hamba pun segera memerah susu untuk persediaan minum mereka. Namun karena keduanya telah tidur, maka hamba sungkan membangunkannya. Hamba tetap tidak akan memberikan susu itu kepada keluarga dan budak hamba, sebelum terlebih dahulu hamba berikan kepada ayah dan ibu hamba. Hamba menunggu ayah dan ibu hingga terbit fajar, saat itu keduanya baru terbangun dari tidurnya. Lalu kuberikan minuman susu itu kepada keduanya. Padahal semenjak sore hari, anak-anak hamba menangis sambil bergelayut memegangi kaki hamba. Maka Ya Allah, sekiranya yang hamba perbuat itu termasuk amal saleh yang mendapat ridha-Mu, hamba memohon, geserkanlah batu yang menutupi mulut gua ini!

Maka bergeserlah batu itu. Tetapi hanya sedikit, sehingga mereka tetap belum bias keluar dari dalam gua.

Orang kedua pun berdoa:

Ya Allah, hamba memiliki saudara sepupu yang cantik menawan, hingga hamba pun jatuh hati kepadanya. Maka hamba ingin sekali berbuat zina dengannya, tetapi dia selalu menolaknya. Beberapa waktu kemudian, dia tertimpa kesulitan dan hamba memberinya uang sebesar 120 dinar, dan ia sanggup menyerahkan dirinya untuk hamba perlakukan sekehendak hamba, kapanpun hamba menginginkannya. Dalam sebuah riwayat dikatakan: Ketika hamba berada dalam pelukannya, dia berkata: Takutlah kepada Allah dan jangan kau robekkan selaput daraku (keperawananku) melainkan dengan jalan yang benar!” Hamba pun merasa takut kepada-Mu, maka hamba tinggalkan dia sekalipun hamba sangat mencintainya, dan hamba relakan uang yang telah hamba berikan kepadanya. Ya Allah, sekiranya perbuatan hamba ini termasuk amal saleh demi mengharap ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi mulut gua ini!

Kemudian batu besar itu pun bergeser lagi. Tapi hanya sedikit, sehingga mereka tetap belum bias keluar dari gua.

Akhirnya, orang yang ketiga pun berdoa:

Ya Allah, hamba mempekerjakan beberapa karyawan dan semuanya hamba gaji secara tepat. Kecuali ada seseorang yang pergi sebelum mengambil uang gajinya terlebih dahulu. Maka gaji orang itu hamba berdayakan sehingga menjadi sangat banyak. Beberapa waktu kemudian ia dating kepada hamba seraya berkata: “Wahai hamba Allah yang baik, berikanlah gajiku yang dulu!”

Hamba        : Hai karyawanku, semua yang kamu lihat itu, baik unta, lembu, kambing maupun budak yang menggembalakannya, semuanya adalah gajimu.

Karyawan   : Wahai hamba Allah yang bijak, kumohon tuan tidak mempermainkan diriku!

Hamba        : Sungguh saya tidak mempermainkanmu, itu semua adalah hakmu!

Kemudian, ia pun mengambil semuanya tanpa meninggalkan sedikitpun. Ya Allah, sekiranya apa yang hamba lakukan itu termasuk amal saleh demi mengharap ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi mulut gua ini!

Akhirnya batu itu pun bergeser lagi, sehingga ketiga orang yang berada dalam gua itu dapat keluar dengan selamat.
(HR. Bukhari dan Muslim)


Sumber :  Fuad Kauman & Drs. Nipan. 2003. Kisah-kisah Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keutamaan Berdoa


Allah SWT Berfirman:

Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan doamu!  (QS. Al-Mu’min)

Ayat tersebut memerintahkan agar kita gemar berdoa kepada Allah SWT. Dan sebagai orang yang beriman, hendaklah kita mentaati perintah-perintah-Nya, termasuk mentaati perintah berdoa. Dengan berdoa, berarti kita merasa butuh dan menghajatkan pertolongan-Nya, berarti kita mengakui bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Kuasa untuk memberikan pertolongan. Inilah salah satu wujud pengakuan kita terhadap Tuhan.

Dengan demikian, berdoa adalah salah satu kewajiban bagi kita sebagai hamba Allah. Karena merupakan suatu kewajibanmaka berdoa adalah suatu perbuatan ibadah. Hal ini secara tegas telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya :

Doa adalah otak (inti) dari ibadah. (HR. Tirmidzi)

Kenyataannya, berbagai amalan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam, selalu berurusan dengan doa. Ketika memulai dan mengakhiri setiap pekerjaan, kita diperintahkan untuk berdoa, apalagi ketika kita menunaikan ibadah shalat! Setiap rukun dalam shalat selalu berintikan doa.

Demikian pentingnya doa dalam kehidupan umat manusia, sampai-sampai disabdakan oleh rasulullah saw bahwa doa adalah senjata bagi orang beriman, doa adalah tiang agama serta sebagai penerang langit dan bumi. Hal ini secara jelas disebutkan dalam sabda beliau:

Doa adalah senjata orang beriman , tiang agama dan penerang langit dan bumi. (HR. Tirmidzi)

Ayat yang telah disebutkan di awal pembahasan di atas menjanjikan kepada kita, bahwa setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT, niscaya Dia akan mengabulkannya. Namun kita harus ingat, bahwa doa adalah bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Maka setiap kita berdoa, hendaknya hati dan pikiran kita benar-benar tertuju kepada-Nya. Jangan sekali-kali dalam berdoa hanya menyuarakan bunyi doa dengan lisan belaka, sedangkan hati dan pikiran sama sekali tidak ingat kepada-Nya. Di samping itu kita pun harus yakin bahwa doa yang kita panjatkan kepada-Nya pasti akan dikabulkan. Rasulullah saw bersabda:

Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doa itu akan dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa yang dipanjatkan dengan hati yang lalai dan lengah!  (HR. Tirmidzi dan Hakim)

Janji Allah untuk mengabulkan setiap doa para hamba-Nya niscaya ditepati. Tidak mungkin Ia ingkar janji! Namun harus kita sadari, bahwa terkabulnya doa itu bias sekaligus, mungkin dikabulkan pada saat kita telah terlupa, dikabulkan pada saat sakaratul maut sehingga kematian kita diringankan dari rasa sakit; atau mungkin dikabulkan di akhirat sebagai amal shaleh. Semua itu pada prinsipnya akan menjadi hal yang menggembirakan bagi setiap orang yang suka berdoa.

Selain itu, dalam berdoa kita harus mentaati adab dan memenuhi persyaratan, seperti menutup aurat, suci dari hadas besar, hadas kecil dan najis, berpakaian yang suci, memakan-makanan yang halal, pada waktu dan tempat yang mustajabah, dipanjatkan dengan penuh rasa takut kepada Allah, dimulai dengan membaca basmalah, shalawat dan hamdalah, memuji keagungan Allah, menyebut asma-asma Allah yang baik (Asma al-Husna), sebelumnya diawali dengan melakukan amal-amal saleh, dan seterusnya. Di samping itu, keyakinan bahwa doa yang dipanjatkan  itu pasti dikabulkan, memang tak boleh diabaikan.

Memang harus kita akui, bahwa masalah terkabulnya doa adalah masalah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah sendiri. Ia termasuk masalah ghaib. Terkabulkan atau tidaknya sebuah doa, di samping berkai dengan bagaimana si pendoa, juga berkait erat dengan Kehendak Yang Maha Kuasa. Kita hanya diwajibkan berdoa kepada-Nya! Maka dari itu, jangan sampai kita salah sangka. Kita berdoa berarti memohon keridhan Allah, bukan mendikte Kehendak-Nya! Kalaupun kita bertahun-tahun berdoa, namun kita merasa bahwa doa kita belum terkabul misalnya, maka tidak sepantasnya kita berprasangka buruk terhadap Kepastian dan Keadilan-Nya. Justru sebaliknya kita harus koreksi diri, apakah dalam berdoa kita telah mentaati adab-adabnya dan telah memenuhi persyaratannya atau belum. Dan juga kita harus berkeyakinan bahwa apapun yang ditakdirkan pada diri kita adalah yang terbaik menurut Allah. Kita harus ingat bahwa apa yang menurut kita baik, belum tentu baik pula menurut allah. Apa yang kita rasakan sebagai penderitaan mungkin justru merupakan kebaikan menurut Allah. Dan Yang Maha Mengetahui hakikat segala sesuatu, termasuk hakikat kebaikan dan keburukan tidak lain kecuali Allah sendiri.

Akhirnya, kita harus berserah diri secara total kepada Allah SWT, karena pada hakikatnya segala sesuatu hanya berjalan sesuai dengan kodrat-Nya. Namun sebagai hamba yang baik, kita wajib berusaha semaksimal munkgin dan berdoa dengan penuh keikhlasan. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa gemar berdoa dan termasuk orang-orang yang doanya mustajabah! Allahumma Amin, Ya Rabbal ‘Alamin!


Sumber :  Fuad Kauman & Drs. Nipan. 2003. Kisah-kisah Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keutamaan Membaca Shalawat


Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad saw). Maka hai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan salam untuk Nabi (Muhammad saw) dengan bersungguh-sungguh. (QS. Al-Ahzab: 56)

Ayat tersebut memerintahkan kepada orang-orang beriman agar bersungguh-sungguh dalam membaca shalawat dan mendoakan keselamatan untuk Rasulullah saw. Bahkan kita diingatkan bahwa Dia sendiri berikut para malaikat-Nya senantiasa mebaca shalawat dan salam untuk Nabi saw. Oleh karena itu, orang-orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, seharusnyalah mereka mentaati perintah tersebut dengan memperbanyak bacaan shalawat dan salam untuk dipersembahkan kepada junjungan dan panutan kita Muhammad Rasulullah saw.

Motif shalawat dan salam untuk Nabi saw, sudah barang tentu tidak sama antara yang dilakukan Allah SWT dengan yang dibacakan oleh hamba-Nya, termasuk para malaikat-Nya. Shalawat dan salam yang dilimpahkan oleh allah adalah berupa rahmat, kasih saying dan pemberian ampun. Sedangkan shalawat yang dipersembahkan oleh para malaikat dan orang-orang beriman adalah doa dan permohonan kepada Allah SWT, agar Dia berkenan melimpahkan shalawat (rahmat) dan salam (keselamatan, kesejahteraan) kepada Nabi saw, berarti Dia senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada beliau. Dan kita memohon kepada-Nya agar rahmat dan keselamatan itu tetap terlimpah atas beliau.

Melihat pernyataan di atas, maka timbullah pertanyaan di benak kita: “Mungkinkan Nabi Muhammad saw sebagai kekasih Allah masih memerlukan tambahan rahmat dan keselamatan dari-Nya? Benarkah Nabi saw masih memerlukan bingkisan doa dari para umat beliau?”

Sebagai umat Muhammad saw kita pasti yakin bahwa Nabi kita ini adalah seorang makhluk Allah yang menjadi kekasih-Nya (habibullah). Kita juga yakin, bahwa Nabi saw adalah seorang hamba Allah yang telah mendapat ampunan dan mendapat jaminan masuk surga. Nabi saw juga telah mendapatkan rahmat dan keselamatan yang tak terkirakan dari sisi Tuhannya. Sehingga tanpa bacaan shalawat dan salam kita pun, sesungguhnya beliau sudah tidak ada masalah dalam hal ini. Dengan demikian Nabi saw pada hakikatnya sama sekali tidak membutuhkkan lagi bacaan shalawat dan salam dari kita, sama sekali tidak membutuhkannya! Lalu mengapa kita diperintahkan untuk membaca shalawat dan salam untuk beliau? Itulah salah satu perintah Allah untuk membuktikan siapa sesungguhnya di antara kita yang benar-benar mentaati perintahnya dan seberapa jauh kadar kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw mengingatkan kita dalam sabdanya :

Barangsiapa yang mencintai sesuatu, niscaya dia banyak menyebut-nyebut yang dicintainya. (HR. Dailami)

Hadis tersebut benar-benar nyata dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mencintai sesuatu, niscaya sesuatu itu selalu diingat-ingat dan disebut-sebutnya. Sewaktu kita mencintai seorang gadis misalnya, niscaya kita akan selalu mengingat gadis itu dan akan selalu menyebut-nyebutnya. Begitu pula apabila kita benar-benar mencintai Allah dan Rasul-Nya niscaya kita akan banyak mengingat dan menyebut-nyebutnya. Sedangkan salah satu cara yang diajarkan oleh Islam dalam rangka mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah dan rasul-Nya secara bersamaan adalah dengan membaca shalawat. Setiap kita membaca shalawat, maka saat itu juga kita menyebut nama allah dan rasul-Nya sekaligus.

Semakin tinggi kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya semakin banyak shalawat yang kit abaca. Dan semakin banyak kita membaca shalawat untuk Nabi saw, maka derajat kita sebagai muslim pun semakin utama, rasulullah saw mengisyaratkan dalam sabdanya:

Sesungguhnya manusia yang paling utama di sisiku pada hari kiamat kelak adalah yang paling banyak membaca shalawat. (HR. Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Hibbah).

Dengan demikian, bacaan shalawat, disamping sebagai bukti cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, juga pada hakikatnya kita mendoakan diri kita sendiri. Ibarat sebuah gelas yang telah penuh dengan air, maka air yang kita tuangkan berikutnya bukanlah untuk mengisi gelas itu, tetapi akan meluap keluar. Demikian halnya dengan bacaan shalawat untuk Nabi. Karena Nabi telah terpenuhi dengan rahmat dan keselamatan, maka bacaan shalawat yang kita persembahkan kepada beliau niscaya akan melimpahkan kepada kita sendiri. Dengan demikian, semakin banyak kita membaca shalawat berarti semakin banyak pula kita mendapatkan limpahan rahmat dan keselamatan. Jika dilihat secara lahiriyah, memang pada saat itu kita memanjatkan doa agar Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada Rasulullah saw. Tetapi pada hakikatnya saat itu kita sedang mengharap limpahan rahmat dan keselamatan tersebut untuk diri kita sendiri. Bahkan limpahan rahmat dan salam yang akan kita dapatkan itu akan lebih banyak daripada  rahmat dan salam yang kita persembahkan kepada beliau. Hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw sendiri dalam sabdanya:

Barangsiapa yang membaca shalawat untukku satu kali, niscaya Allah akan melimpahkan rahmat kepadanya sepuluh kali lipat. (HR. Muslim)

Begitu tingginya nilai bacaan shalawat, sampai-sampai shalat kita tidak sah tanpa disertai bacaan shalawat. Karena membaca shalawat termasuk dalam salah satu rukun shalat, yakni harus dibaca ketika sedang duduk tasyahud. Dengan demikian, setiap muslim wajib membaca shalawat sedikitnya 9 kali dalam sehari semalam. Jika kurang dari itu, berarti shalatnya tidak lengkap. Dan jika tidak lengkap shalatnya berarti keihkalasannya pun tidak sempurna.

Akhirnya, semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan ke hadirat junjungan dan panutan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir masa! Allahumma Amin Ya Rabbal ‘Alamin!.

Kematian Hartawan Ahli Shalawat


Kisah teladan berikut terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khathab ra, terdapat seorang kaya raya yang tabiatnya kurang baik tetapi dia termasuk ahli shalawat. Dalam keadaan senggang ataupun sibuk, ia tak pernah lupa membaca shalawat untuk Nabi saw.

Menjelang sakaratul maut, wajah orang tersebut Nampak murung penuh duka. Wajahnya pucat pasi karena takut, bahkan menjadi hitam ketika ajal nyaris merenggut nyawanya.

Sewaktu nyawa akan berpisah dengan jasadnya, orang tersebut menyeru: “Wahai Abal Qasim (Muhammad), hidupku aku curahkan untuk mencintaimu dengan memperbanyak bacaan shalawat!” Belum usai kalimat itu diucapkan, turunlah seekor burung dari langit menghampirinya dan menyapukan sebelah sayapnya ke wajah orang tersebut. Seketika itu juga, wajahnya berubah menjadi putih bersih dan semerbak mewangi laksana harumnya minyak misik yang paling wangi. Sesaat kemudian dia mengakhiri hayatany dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ketika orang-orang mengantarkan jenazah orang tersebut ke kubur dan memakamkannya di liang lahat, mereka mendengar seruan dari angkasa raya: “Sungguh jenazah laki-laki ini tidaklah dimakamkan di kuburnya, melainkan hanya kain kafannya belaka. Shalawat yang ia baca untuk Nabi sawtelah memindahkan jasadnya dari alam kubur dan menempatkan di surge yang penuh dengan kenikmatan!” Seruan itu menjadikan semua orang yang berkerumun di pemakaman menjadi tertegun keheranan!

Pada malam harinya, ada salah seorang warga kampong yang melihat orang tersebut dalam mimpinya. Ternyata dia mengangkasa di antara langit dan bumi seraya menyerukan firman Allah SWT yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad saw). Maka hai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan salam untuk Nabi (Muhammad saw) dengan bersungguh-sungguh!” (QS. Al-Ahzab: 56)