Tegal, "Jepange Indonesia"


Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui kalau suku cadang kendaraan bermotor dengan merk terkenal adalah asli buatan rakyat Tegal. Pun demikian dengan sambungan selang pemadam kebakaran juga asli buatan rakyat Tegal. 

“Itu asli buatannya rakyat Tegal, karena Tegal tidak punya merk maka dikasi merk oleh sebuah perusahaan sepeda motor dari Jepang,” ujar Wakil Bupati Tegal, Mohamad Herry Sulistyawan saat menerima rombongan kunjungan camat, perbekel dan lurah Jembrana di Ruang Rapat Bupati Tegal, Selasa (6/4). 

Selain itu, imbuh Sulistyawan, berkat bantuan Departemen Perindustrian, Tegal telah memiliki Kawasan Industri yang dihuni oleh ribuan industri kecil.

“Kalau mau cari alkes (alat kesehatan), silahkan datang ke Tegal saja. Kursi buat dokter gigipun kita sudah bisa buat, hand tractorpun sudah bisa kita produksi,” tambahnya. 

Sulistyawan tidak memungkiri kalau kondisi tersebut membuat daerahnya dijuluki Jepangnya Indonesia. 

“Apalagi kita sudah berancang-ancang akan mengembangkan mobil nasional dengan mesin 500 cc, makanya tidak salah kiranya kalau kita sering dijuluki Jepangnya Indonesia,” ujar mantan Sekda Tegal ini dengan bangga.

Sumber : http://www.lintasberita.com/Nasional/Berita-Lokal/tegal-kabupaten-jepangnya-indonesia

Tegal juga dikenal sebagai tempat berdirinya lingkungan industri kecil (LIK) pertama di Jawa Tengah.

Kultur Wirausaha
 Penduduk Tegal dikenal memiliki kultur wirausaha yang telah menjadi tradisi sejak lama. Keberadaan warung tegal (warteg) yang merajai bisnis makanan di Ibu Kota dan kota-kota lain, bersaing dengan Rumah Makan Padang, menjadi salah satu bukti.
Di bidang industri kecil, kultur itu terbangun sejak kedatangan Ki Gede Sebayu (berkuasa 1601-1620), pendiri Tegal dari tlatah Pajang (Solo). Ki Gede Sebayu membawa serta 40 keluarga pengikutnya, yang ditempatkan di empat desa berbeda sesuai dengan keahliannya. Mereka yang bermukim di Desa Sayangan, andal membuat alat-alat perlengkapan dapur, dan yang menempati Desa Mejasem pandai membuat alat-alat pertukangan.
Pengikut Ki Gede Sebayu yang membuka lahan di Desa Pagongan, ahli membuat alat-alat gerabah, serta penduduk Desa Banjaran piawai mengolah bahan-bahan menjadi penganan atau jajanan.
Kultur itu menemukan momentumnya ketika Haji (Kaji) Gofur (91), salah seorang pengusaha besi asal Tegal mengangkut 21 pesawat terbang tua dari Madiun, Jawa Timur, pada dekade 1970-an. Oleh Kaji Gofur pesawat itu dipretheli menjadi bahan baku industri mesin rumahannya, serta dijual kepada pengusaha lain.
Paling tidak, sejak saat itu industri pengolahan logam mulai bergairah di Tegal. Selain LIK di Dampyak, Kramat, sentra-sentra industri itu tersebar juga di Kecamatan Talang, Tarub, Adiwerna, Kramat, Suradadi, Warureja, Lebaksiu, dan Bumijawa.
Tidak kurang 128.853 orang terserap pada industri-industri pengolahan, dari yang berskala besar, menengah, kecil, hingga mikro. Tidak salah bila kemudian Tegal mengklaim dirinya sebagai kota industri.



Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0707/12/opi07.htm

0 komentar: