A. Latar Belakang
Kebahagiaan hidup merupakan sesuatu yang pasti dan menjadi cita – cita semua orang dalam hidupnya. Baik kebahagiaan di dalam berhasil menjalankan tugas dan kewajiban yang baik serta benar maupun keberhasilan dalam menghindari penderitaan. Bahagia dan tidaknya seseorang bisa berangkat dari mampu dan tidaknya orang tersebut memenuhi kebutuhan keinginannya (dalam bentuk positif), berangkat dari kata hatinya yang tulus dan murni.
Bila pemenuhannya bersifat negatif yang sebenarnya bukan kebahagiaan, maka dibalik pemenuhan itu masih terdapat keganjilan yang tidak bisa diterima oleh kata hatinya bahkan hanya bersifat sementara. Karena itu orang yg bahagia ialah orang yang bisa menerima kenyataan hidupnya, bisa menerima segala yang ada pada dirinya. Akan tetapi tetap percaya bahwa dibaik kepahitan pasti ada kesejahteraan yang lebih lama seperti orang minum obat, pahit dikala minumnya tetapi setelah minum hadir kesehatan yang lebih lama dari pahitnya rasa.
B. Rumusan Masalah
Pada pembahasan makalah yang berjudul “Kebahagiaan Manusia” ini, pemakalah mencoba mengidentifikasi masalah – masalah yang ada agar dalam pembahasan dalam makalah ini lebih mudah. Berikut rumusan masalah yang pemakalah angkat dalam pembahasan makalah ini :
1. Makna kebahagiaan
2. Tahapan – tahapan bahagia
3. Sumber kebahagiaan
4. Sebab – sebab umum penghalang bahagia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Kebahagiaan
Semua manusia mendambakan kebahagiaan dalam kehidupan. Kalau bisa kebahagiaan dirasakan baik di waktu siang maupun malam, dalam rumah maupun di kantor. Namun tidak semua perjalanan manusia mencari kebahagiaan menemukan jalan dan cara – cara yang benar untuk meraihnya. Dalam islam, pusat segala kebahagiaan adalah saat seseorang bertemu dengan Sang Khaliq. Tentu bukan dengan makna bahwa kita harus mati terlebih dahulu. Memang, ujung dari perjalanan kehidupan akan seperti itu. Tapi bukankah kebahagiaan itu kita dambakan juga di dunia? Lalu bagaimana caranya? Berapa banyak jalan yang harus ditempuh dan dibutuhkan untuk menuju kepada Allah? Sebanyak yang dituntun di dalam dua pedoman dasar hidup kita yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jalan – jalan itu tersimpul di dalam sebuah istilah yang cukup populer, singkat tetapi mencakup segala-galanya yaitu takwa.
Kata takwa bermakna menjauh, menghindar. Yang dihindari atau dijauhi sudah tentu bukan Allah, melainkan segala jalan yang dapat mengantar kepada kemurkaan Allah. Jika sudah ada kesadaran untuk menjauhkan diri dari yang dilarang dan dimurkai, yang ada hanya satu pilihan yaitu mengerjakan segala yang diperintah. Oleh karena itu, jumhur (mayoritas) ulama mendefinisikan takwa yakni upaya maksimal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Ini adalah prestasi moral yang paling tinggi. Oleh karena itu, Allah memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada mereka yang secara konsisten dan konsekuen menjalankannya.1 Allah Menjelaskan,
“Sesungguhnya orang – orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang bertakwa di antara kamu.” (Q.S.Al-Hujurat: 13) 2
B. Tahapan – Tahapan Bahagia
Sejak zaman dahulu hingga sekarang atau bahkan sampai nanti setiap orang selalu berkata “Saya ingin hidup bahagia”. Tapi mereka sendiri tidak tahu tentang sesuatu yang dikatakannya, sesuati yang menjadi tujuan dalam hidupnya dan sesuatu yang sebenarnya ada dalam mereka sendiri. Bahagia memang relatif, hingga wajarlah jika para ahli piker selalu berbeda mendefinisikan dan memberi batasan tentang bahagia. Ada yang mengatkan bahwa bahagia itu identik dengan kesenangan dan kepuasan. Ada yang berpendapat tidak sama. Menurut hemat kita bahagia tidak selalu identik dengan kepuasan dan kesenangan. Karena kepuasan dilakukan atau dialamioleh seseorang tidak berangkat dari kata hati yang tulus akan tetapi berdasarkan nafsu. Atau dengan kata lain sebelum mereka merasakan kepuasan, mereka didahului dengan perbuatan yang disukai oleh nafsu saja sebagai pelampiasan rasa cemas. Berikut tahapan – tahapan bahagia : 3
1. Kelezatan dalam hidup
Tahapan kebahagiaan yang pertama ini ialah golongan manusia yang hanya merasakan dan merasakan lezatnya hidup. Dalam hal ini perlu dijelaskan kemestian-kemestian yang pasti terjadi dan dialami oleh setiap orang yaitu makan dan makanan. Tanpa makan orang akan mati, lemas, tidak sehat, pikiran pun sulit dikendalikan. Masalah ini adalah sangat prinsip dan tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia.
2. Perasaan hati
Salah satu penyebab seseorang merasa miskin, rendah, tidak diperhatikan orang lain, dikucilkan dari segala bentuk pergaulan ialah perasaan hati atau perasaan kita sendiri yang menyebabkannya. Akhirnya langkahnya tersendat, cita-citanya terhambat, kebutuhannya tidak terpenuhi dan sebagainya. Kalau perasaan semacam itu hilang maka tidak mustahil gairah akan bangkit, semangat hidup timbul, kekuatan tersusun, keberanian kembali ada di dalam menghadapi segala tantangan hidup yang ada di depannya.
3. Pemenuhan berumah tangga
Wajar bila manusia dalam hidupnya mempunya kecenderungan untuk hidup berumah tangga. Selain hal itu merupakan tuntutan kebutuhan juga karena kita terlahir di kalangan orang yang hidup berumah tangga. Ada sementara orang yang mengatakan “Seseorang belum sempurna hidupnya bila belum berumah tangga”. Rumah tangga adalah pusat kesenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Tapi sekarang tidak sedikit orang yang sudah berumah tangga malah menjadi kacau balau.
4. Mata Penghidupan
Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak hidup menganggur berpangku tangan mengharapkan jatuhnya bintang dari langit. Juga melarang umatnya hanya semata-mata bekerja mengejar dunia sampai berkelebihan tidak tahu waktu hingga melupakan akhiratnya. Jalan yang terbaik yang ditempuh islam adalah hidup penuh keseimbangan antara dunia dan akhirat, di satu sisi kita mengerjakan urusan dunia karena kita hidup di dunia harus bekerja di sisi lain kita mengerjakan untuk akhiratnya karena pada akhirnya kita nanti.
5. Tercapainya jihad (perjuangan)
Hidup perlu perjuangan dan perjuangan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Perjuangan sangat kuat sekali bagi seseorang yang kurang memiliki potensi hidup untuk kesejahteraan hari ini dan hari esok. Perjuangan merupakan potensi jiwa dan juga insting manusia untuk mempertahankan dirinya, perjuangan hidup lebih kuat berada di Negara barat atau Negara-negara maju yang persaingan hidup semakin ketat.
6. Hilangnya masalah yang memberatkan hati
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sejak Nabi Adam sampai nanti manusia yang paling akhir selama ia masih hidup, baik secara fisik maupun nonfisik bahkan sampai matipun manusia tetap bermasalah. Ada yang mengatakan amasalah itu adalah “Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang terdapat dalam diri manusia yang perlu jalan keluar penyelesaiannya’ karena dapat menghambat datangnya bahagia.
C. Sumber Kebahagiaan
Beragam sumber kebahagian dapat diperoleh. Ia dapat diraih dan dirasakan kapan dan dimana saja karena ia tidak mengenal ruang dan waktu. Secara mutlak ia bersumber dari Allah. Allah-lah yang memancarkan cahaya kebahagiaan itu ke seluruh penjuru alam. Oleh karena itu, ia tidak hanya dirasakan oleh manusia saja tetapi oleh seluruh makhluk Allah di muka bumi. Kita dapat memperoleh sumber-sumber kebahagiaan bagi manusia melalui pendapat yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali, antara lain : 4
1. Akal Budi
a. Sempurna Akal
Kesempurnaan akal harus dengan ilmu. Ilmu yang membuat manusia dapat memahami sesuatu. Ilmu yang member kemudahan teknis bagi manusia untuk mengekspresikan nilai-nilai keimanannya. Bahkan, sebuah ibadah kalau tidak diiringi dengan ilmu, ibadah tersebut diragukan kualitasnya
b. Iffah (Menjaga Kehormatan Diri)
Orang yang berupaya terus-menerus dengan sungguh-sungguh untuk memelihara kesucian hati sehingga tetap tegar dalam menghadapi ujian dan kesulitan-kesulitan hidup. Ia mencoba meraihnya dengan mengawalinya bersikap wara’ dan tawadhu. Dari situ,terbuka tabir-tabir yang menuntun dirinya kea rah sikap dan perbuatan yang diridhai oleh Allah swt. Kebahagiaan hati akan terasa kalau hidup kita diridhai oleh-Nya.
c. Syaja’ah (Berani)
Keberanian dalam menegakkan kebaikan dan menyingkirkan keburukan dengan berbagai resiko dan konsekuensinya. Selain itu, berani mengakui kesalahan diri sendiri dan berani mengakui kelebihan orang lain. Artinya, keberanian bukan ditunjukan pada saat melakukan pelanggaran, seperti membunuh orang lain tanpa hak, berzina, berjudi, berdusta, korupsi, dan lain-lain.
d. Al-‘Adl (Keadilan)
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempa dan porsinya. Keserasian dan keteraturan dalam memperlakukan sesuatu dapat menghadirkan kebahagiaan.
2. Tubuh (Jasmani)
Manusia akan merasakan kebahagiaan jika tubuhnya sehat yakni baik secara fisik maupun psikis, memiliki kekuatan fisik dan ketahanan mental. Memiliki fisik yang gagah dan cantik serta mendapatkan anugerah umur panjang. Sungguh sangat beruntung orang yang sudah diberikan anugerah tubuh yang sempurna lalu disyukurinya dengan mendekatkan diri kepada Allah.
3. Luar Badan
Yakni sesuatu yang dapat mendatangkan kebahagiaan yang diraih berdasarkan usaha manusia.
a. Kekayaan atau Harta Benda
Kekayaan boleh jadi menjadi sumber kebahagiaan kalau ia digunakan sesuai dengan kehendak Yang Memberi Kekayaan. Namun dapat mendatangkan penderitaan hidup jika ia diarahkan untuk menentang kemauan Allah swt.
b. Keluarga
Silaturrahim yang hidup dan hubungan yang tetap terjalin akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Misalnya saat semua keluarga berkumpul.
c. Popularitas
Menjadi orang yang terpandang dan terhormat dapat menjadi sumber kebahagiaan selama tidak tersentuh riya dan sum’ah. Yang diharapkan dari kepopuleran dirinya memancarkan sikap dan perilaku hidup yang baik untuk diteladani oleh orang banyak. Dengan banyaknya orang yang meneladani, dengan sendirinya akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri.
4. Taufik dan Bimbingan Allah
Taufik adalah bertemunya kemauan Allah dengan kemauan manusia. Pengakuan adanya taufik sangat penting agar manusia dapat menyadari bahwa setiap keberhasilan bukan hasilnya semata-mata tetapi karena adanya campur tangan Allah di balik itu. Taufik dan bimbingan allah terdiri dari empat unsure, yaitu:
a. Hidayah (petunjuk Allah)
Ia terdiri dari 3 macam, yaitu:
1) Memahami jalan yang baik dan yang buruk
2) Bertambahnya ilmu dan pengalaman
3) Ada hidayah yang merupakan cahaya yang khusus dipancarkan kepada para nabi dan rasul kesayangan-Nya.
b. Irsyad (Bimbingan Allah)
Ia merupakan pertolongan Allah terhadap manusia sehingga yang bersangkutan dapat selamat dari perilaku hidup yang negative dan terpenuhi kemauannya oleh Allah untuk terus berada di jalan yang lurus.
c. Tasdid (Dukungan Allah)
Mantap kemauan untuk terus berusaha dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Perbedaan dengan irsyad terletak pada metodologinya. Jika irsyad memerlukan suatu peringatan dan pengetahuan sedangkan tasdid memerluka pertolongan gerak badan atau amal prestatif.
d. Ta’yid (Bantuan Allah)
Ia merupakan kekuatan yang lahir dari tajamnya mata batin dan kerasnya kemauan. Dengan kata lain, Allah senantiasa membantu hamba-Nya ketika ia mengalami kebingungan hati dan keresahan jiwa.
5. Bahagia Akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan titik kebahagiaan terakhir yakni ketika kehidupan manusia di dunia berganti dengan kehidupan akhirat. Dalam menjalankan kehidupan di sana yang menjadi parameternya bukan harta kekayaan, pangkat dan jabatan yang tinggi, atau pun ketenaran tetapi keseluruhan yang amal yang mendatangkan keridhan Allah swt.
D. Sebab – Sebab Umum Penghalang Bahagia5
a. Perceraian
Langgeng dan berlangsungnya kehidupan rumah tangga merupakan suatu harapan dan tujuan akhir dari sebuah pernukahan yang didukung oleh Islam. Namun tidak semudah kita membalikan telapak tangan untuk mencapainya. Bila ketegaran sudah mulai goyah maka timbulah masalah-masalah yang berat dalam tubuh keluarga itu, lama-kelamaan semakin parah, meruncing hingga tidak ada lagi kedamaian dan kebahagiaan di dalamnya yang akhirnya mengantarkan kepada perceraian.
b. Kemiskinan
Ketika seseorang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan dalam hidupnya dapat menjadi penghalang untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
c. Kejahatan
Kejahatan dapat terjadi karena pelanggaran norma-norma hokum dan budaya sebagai pelampias rasa kesal atau tidak puas terhadap kenyataan yang dihadapi. Atau dapat juga dikarenakan seseorang mengalami penderitaan hidup, tekanan-tekanan batin yang tidak saja timbul dari dalam dirinya akan tetapi dari luar dirinya, seperti teman kerja bergaul, teman sekantor, perusahaan dan sebagainya.
d. Perang
Peperangan adalah problem sosial yang sulit untuk dipecahkan dari pada problem sosial yang lain. Sering dikatakan bahwa peperangan untuk menciptakan perdamaian, tapi anehnya untuk tujuan damai malah tidak aman bahkan sering diwarnai dengan pertumpahan darah yang tidak sedikit memakan sejumlah korban jiwa
e. Pelanggaran Terhadap Norma Susila
Pelanggaran norma susila, seperti pelacuran dapat mengganggu atau berpengaruh negatif terhadap moralitas atau kepribadia sesorang. Kenakalan remaja juga merupakan pelanggaran terhadap norma dapat menimbulkan keresahan pada kedua orang tua pada khususnya dan masyarkat pada umumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak ada satupun manusia yang tidak ingin hidup bahagia. Namun tidak semua perjalanan manusia mencari kebahagiaan menemukan jalan dan cara – cara yang benar untuk meraihnya. Beragam sumber kebahagian dapat diperoleh. Ia dapat diraih dan dirasakan kapan dan dimana saja karena ia tidak mengenal ruang dan waktu. Secara mutlak ia bersumber dari Allah.
Kebahagiaan tidak selalu identik dengan kepuasan dan kesenangan. Karena kepuasan dilakukan atau dialami oleh seseorang yang tidak berangkat dari kata hati yang tulus akan tetapi berdasarkan nafsu. Allah-lah yang menciptakan kita, sudah pasti Allah Maha Mengetahui segala kebutuhan kita. Maka manakala kita ingin kebahagiaan dalam hidup, seyogyanya kita kembali kepada segala apa yang Allah perintahkan kepada kita, karena semua yang Allah perintahkan kepada kita pada hakikatnya adalah membawa kebaikan dan kemaslahatan untuk kita yang pasti akan membawa kebahagiaan untuk kita, kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI. 1996. Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahnya. Semarang: Karya Toha Putra.
Sanusi, Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan. Jakarta: Gema Insani.
Mansor, Ansory. 1997. Jalan Kebahagiaan Yang Diridhai. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Haddad, Abdullah. 1998. Thariqah Menuju Kebahagiaan. Bandung: Mizan
1 komentar:
apakah kebahagiaan itu bisa kita miliki tanpa tanpa adanya penghalang kebahagiaan..???
salam kenal..
Posting Komentar